Sepak bola
telah menjadi bagian penting di dunia, bagaiman tidak? Sepak bola telah
mengambil hati hampir semua kalangan, tua, muda, pria, wanita, kaya, miskin,
hitam, putih, semuanya telah dibuat kepincut dengan sepak bola. Seiring
perkembangannya yang begitu cepat, sepak bola juga digadang gadang sebagai
mediator untuk meningkatkan persatuan antar ras, suku, maupun negara. Ambil
contoh di eropa, tak jarang kita temui pemain berkulit hitam ditengah ramainya
mereka yang berkulit putih. Sepak bola juga bisa menjadi ajang untuk
meningkatkan kerjasama baik antar kelompok tertentu bahkan bisa dalam tingkat
kerjasama antar negara di dunia. Dalam event world cup misalnya, ajang ini
diselenggarakan untuk mempererat persatuan negara melalui sepakbola.
Ya, mungkin
itulah yang diharapkan, tapi nyatanya sepak bola ideal tidak bisa terwujud di
negri ini. Alih alih menjadi mediator, ternyata masih banyak masalah yang
berbuntut dari olah raga yang paling populer di dunia ini. Lihat saja, masalah
bentrokan dan gesekan antar supporter club sepak bola adalah hal yang lumrah
kita dengar. Loyalitas yang berlebihan terhadap club tertentu bisa menjadi api
yang siap di sulut dengan masalah kecil sekalipun. Bahkan tak jarang sampai ada
beberapa korban bentrokan yang meregang nyawa di stadion tempat tim mereka
bertanding. Nyatanya sepak bola yang oleh sebagian orang dianggap bak “agama”
baru ternyata menyisakan hal yang mengenaskan. Sepak bola bisa membuat orang
terkotak kotak dengan timbulnya loyalitas pada satu club tertentu yang mana hal
ini bisa meluas hingga terjadi gesekan dan permusuhan antar supporter. Seperti
yang sudah masyhur dua club di Jawa Timur dari dua kota berbeda telah lama menjadi
musuh bebuyutan, pun juga dua club dari daerah jawa bagian barat telah menjadi
seperti kucing dan tikus, tak pernah akur.
Namun
sebenarnya hal ini bisa diatasi jika saja para supporter mau bersikap lebih
dewasa dan menempatkan loyalitas sesuai dengan porsi yang tepat, tanpa
melanggar norma norma dan hukum yang ada dalam masyarakat. Dan perlu ada badan
pengawas yang juga mampu bersikap adil dan tegas dalam mengatasi hal hal
semacam ini. Namun sangat disayangkan, badan pengawas yang seharusnya mampu
mengayomi dan memberi fasilitas yang baik untuk terciptanya sepakbola ideal
justru morat marit tak karuan, saling berebut tampuk kekuasaan, yang akhirnya
berbuntut pada amburadulnya sistem sepak bola nasional, maka jangan salahkan
pemain jika peringkat sepak bola indonesia di dunia menurun drastis, belum lagi masalah masalah internal
klub semisal telatnya pembayaran gaji pemain, bahkan baru baru ini berakibat
fatal, di mana seorang legiun asing yang bermain di Indonesia harus gugur
karena tekanan psikis akibat gajinya yang belum juga diberikan, hingga ia harus
rela hidup sekian lama tanpa gaji.
Ya,
sepak bola ideal tidak bisa terwujud di sini, atau tepatnya belum bisa. Kenapa?
Karena semua elemen yang terkait dengan kegiatan ini belum bisa menjalankan
perannya dengan semaksimal mungkin. Karena itu, badan pengurus harus segera berbenah diri, para atlet dan official team harus segera bersikap dewasa dan professional, begitu pula dengan pengadil lapangan harus tegas dan netral ketika memimpin pertandingan, dan para supporter harus bisa bersikap dewasa dengan menjauhi aksi aksi anarkisme yang tidak bermanfaat. Semua elemen punya tanggung jawab yang harus ia laksanakan. Dan itu semua harus diawali dari individu masing masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar