Pages

Minggu, 16 Desember 2012


Sepak bola telah menjadi bagian penting di dunia, bagaiman tidak? Sepak bola telah mengambil hati hampir semua kalangan, tua, muda, pria, wanita, kaya, miskin, hitam, putih, semuanya telah dibuat kepincut dengan sepak bola. Seiring perkembangannya yang begitu cepat, sepak bola juga digadang gadang sebagai mediator untuk meningkatkan persatuan antar ras, suku, maupun negara. Ambil contoh di eropa, tak jarang kita temui pemain berkulit hitam ditengah ramainya mereka yang berkulit putih. Sepak bola juga bisa menjadi ajang untuk meningkatkan kerjasama baik antar kelompok tertentu bahkan bisa dalam tingkat kerjasama antar negara di dunia. Dalam event world cup misalnya, ajang ini diselenggarakan untuk mempererat persatuan negara melalui sepakbola.
Ya, mungkin itulah yang diharapkan, tapi nyatanya sepak bola ideal tidak bisa terwujud di negri ini. Alih alih menjadi mediator, ternyata masih banyak masalah yang berbuntut dari olah raga yang paling populer di dunia ini. Lihat saja, masalah bentrokan dan gesekan antar supporter club sepak bola adalah hal yang lumrah kita dengar. Loyalitas yang berlebihan terhadap club tertentu bisa menjadi api yang siap di sulut dengan masalah kecil sekalipun. Bahkan tak jarang sampai ada beberapa korban bentrokan yang meregang nyawa di stadion tempat tim mereka bertanding. Nyatanya sepak bola yang oleh sebagian orang dianggap bak “agama” baru ternyata menyisakan hal yang mengenaskan. Sepak bola bisa membuat orang terkotak kotak dengan timbulnya loyalitas pada satu club tertentu yang mana hal ini bisa meluas hingga terjadi gesekan dan permusuhan antar supporter. Seperti yang sudah masyhur dua club di Jawa Timur dari dua kota berbeda telah lama menjadi musuh bebuyutan, pun juga dua club dari daerah jawa bagian barat telah menjadi seperti kucing dan tikus, tak pernah akur.
Namun sebenarnya hal ini bisa diatasi jika saja para supporter mau bersikap lebih dewasa dan menempatkan loyalitas sesuai dengan porsi yang tepat, tanpa melanggar norma norma dan hukum yang ada dalam masyarakat. Dan perlu ada badan pengawas yang juga mampu bersikap adil dan tegas dalam mengatasi hal hal semacam ini. Namun sangat disayangkan, badan pengawas yang seharusnya mampu mengayomi dan memberi fasilitas yang baik untuk terciptanya sepakbola ideal justru morat marit tak karuan, saling berebut tampuk kekuasaan, yang akhirnya berbuntut pada amburadulnya sistem sepak bola nasional, maka jangan salahkan pemain jika peringkat sepak bola indonesia di dunia menurun  drastis, belum lagi masalah masalah internal klub semisal telatnya pembayaran gaji pemain, bahkan baru baru ini berakibat fatal, di mana seorang legiun asing yang bermain di Indonesia harus gugur karena tekanan psikis akibat gajinya yang belum juga diberikan, hingga ia harus rela hidup sekian lama tanpa gaji.
              Ya, sepak bola ideal tidak bisa terwujud di sini, atau tepatnya belum bisa. Kenapa? Karena semua elemen yang terkait dengan kegiatan ini belum bisa menjalankan perannya dengan semaksimal mungkin. Karena itu, badan pengurus harus segera berbenah diri, para atlet dan official team harus segera bersikap dewasa dan professional, begitu pula dengan pengadil lapangan harus tegas dan netral ketika memimpin pertandingan, dan para supporter harus bisa bersikap dewasa dengan menjauhi aksi aksi anarkisme yang tidak bermanfaat. Semua elemen punya tanggung jawab yang harus ia laksanakan. Dan itu semua harus diawali dari individu masing masing. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Follow me

Blogger news

Blogroll

About